Virus Zika merupakan flavivirus, bagian dari keluarga yang sama seperti sakit kuning, virus West Nile, chikungunya, dan demam berdarah. Bedanya, hingga saat ini belum ada vaksin untuk mencegah dan obat untuk mengobati penderita yang terkena virus baru ini.
Virus Zika menyita perhatian dunia karena dapat menyebabkan microcephaly, yaitu gangguan neurologis yang mengakibatkan bayi terlahir dengan kepala abnormal berukuran lebih kecil. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kematian, meski jarang terjadi.
Di Brasil, tercatat 4 ribu kasus bayi terlahir dalam keadaan microcephaly karena sang ibu terjangkit virus Zika. Bahkan pada 2014, terdapat 46 dari 146 kasus ibu hamil yang terjangkit virus Zika berujung pada kematian. Sementara, bayi yang lahir dengan kondisi microcephaly sudah ditemukan di Amerika Serikat dan Hawaii. Hal itu disebabkan saat hamil, si ibu pernah berpergian ke Brasil.
Selain itu, di Illinois, dua wanita hamil yang bepergian ke Amerika Latin telah dinyatakan positif terjangkit Zika. Saat ini, petugas kesehatan sedang memantau kondisi dua wanita hamil tersebut.
CDC juga meminta dokter kandungan memantau perkembangan janin melalui ultrasonografi dan melakukan pengujian terhadap wanita hamil setelah bepergian ke salah satu dari 23 negara yang terjangkit virus Zika. Tidak hanya menyebabkan microcephaly, virus Zika di beberapa negara juga dikatikan dengan sebuah wabah yang lebih kecil dari Sindroma Guillain-Barre, yakni gangguan autoimun yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
Penyebaran/ Penularan Virus Zika
Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Gigitan nyamuk tersebut menginfeksi dan menyebar kepada orang lain jika nyamuk menggigit orang berebda. Pada kebanyakan orang, ada beberapa gejala yang pada umumnya dirasakan saat mulai terjangkit virus Zika, yaitu demam, sakit kepala, ruam, dan mata menjadi merah.
Pada kenyataannya, 80 persen dari orang yang terinfeksi tidak menyadari bahwa mereka terjangkit virus tersebut, terutama ketika menyerang wanita hamil. Bahkan, sekarang virus tersebut mampu melewati ketuban bayi. "Sekarang kita tahu, janin dapat terinfeksi virus. Ini bukan hal baru untuk penyakit menular, tapi tergolong baru untuk virus ini," jelas direktur Direktur CDC's Division of Vector-Borne Diseases Dr Lyle Petersen.
"Ini adalah situasi yang sangat luar biasa. Sebab, flavivirus lain tidak melakukannya. Tidak juga pada demam berdarah, West Nile, atau chikungunya," ucap Dr Anthony Fauci, menimpali.
Gawatnya, virus Zika tidak hanya ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. CDC mengatakan, ada beberapa kasus penularan virus terjadi saat transfusi darah, proses laboratorium, dan hubungan seksual. Tidak hanya itu, Zika juga telah ditemukan dalam ASI. Tapi, belum ada bukti bahwa bayi dapat tertular melalui ASI yang diberikan ibunya saat menyusui.
Untuk kasus penyebaran lewat hubungan seks, hal itu terjadi di Polinesia, Prancis, pada 2013. Sampel sperma seorang pria Tahiti berusia 44 tahun terbukti positif terjangkit Zika, meski tidak ditemukan pada pengujian darah.
Lima tahun sebelumnya, pada 2008, ahli mikrobiologi Colorado bernama Brian Foy juga terjangkit Zika setelah melakukan perjalanan ke Senegal. Beberapa hari kemudian, istrinya ikut terjangkit penyakit, meski sang istri tidak pernah bepergian ke wilayah yang terkena wabah Zika.
Gejala terkena Virus Zika
Beberapa pakar melihat adanya banyak kesamaan gejala antara demam berdarah dengan demam Zika. Keduanya sama-sama diawali dengan demam yang naik turun serta rasa linu hebat pada persendian dan tulang. Kadang juga disertai mual, pusing, rasa tidak nyaman di perut dan disertai rasa lemah dan lesu yang hebat. Beberapa kesamaan sebagai gejala awal membuat penyakit ini diidentifikasi secara keliru dengan penyakit demam berdarah. Namun sebenarnya terdapat beberapa gejala khas yang bisa membedakan keluhan infeksi Zika Virus dengan penyakit demam berdarah, beberapa tanda khusus tersebut antara lain:
- Demam cenderung tidak terlalu tinggi, kadang maksimal hanya pada suhu 38 derajat celcius.
- Cenderung naik turun sebagaimana gejala demam berdarah, tetapi tidak terlalu tinggi.
- Muncul beberapa ruam pada kulit yang berbentuk makulapapular atau ruam melebar dengan benjolan tipis yang timbul.
- Terkadang ruam meluas dan membentuk semacam ruam merah tua dan kecoklatan yang mendatar dan menonjol.
- Muncul rasa nyeri pada sendi dan otot, kadang disertai lebam dan bengkak pada sendi dan otot seperti terbentur dan keseleo ringan.
- Kerap muncul keluhan infeksi mata menyerupai konjungtivitas dengan mata kemerahan.
- Kadang warna sangat kuat pada bagian dalam kelopak sebagai tanda munculnya ruam pada bagian dalam kelopak mata.
Pencegahan
Para peneliti hingga saat ini masih bekerja keras di laboratorium di seluruh dunia mencoba membuat vaksin Zika. Namun, Anda dapat menerapkan teknik pengendalian nyamuk secara tradisional seperti penyemprotan pestisida, tidak membuat genangan air pada pot dan ember guna mengurangi tempat nyamuk berkembang biak.
Selain itu, cara lain yang sedang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengurangi populasi nyamuk. Perusahaan dari Inggris, Oxitec, sedang berusaha membuat cara lain untuk membasmi Zika yaitu memodifikasi genetik nyamuk jantan atau dikenal nyamuk mutan (OX513A ).
OX513A dirancang untuk menghentikan penyebaran Zika dengan melewati sepanjang gen yang membuat keturunannya mati. Nantinya, setiap OX513A membawa penanda fluorescent, sehingga ia dapat dilacak oleh para ilmuwan.
Oxitec mengklaim bahwa cara ini sudah dicoba dan terbukti ampuh menurunkan populasi nyamuk penyebar virus Zika. Hal itu terlihat dari tahapan uji coba lapangan di Brasil pada 2011 yang sangat sukses.
Menurut Oxitec, OX513A mampu menghilangkan hingga 99 persen populasi nyamuk. Bahkan, pada 2014 pengujian kembali dilakukan di daerah Pedra Branca, Brasil. Hasilnya, 92 persen sukses. Serangkaian pengujian juga telah dilakukan di Kepulauan Cayman, Malaysia, dan Panama.
Posting Komentar untuk "Virus Zika, Penyebaran, Gejala dan Pencegahan"